A. Pengertian populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).
B. Pengertian Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
C. Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain: a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain: a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.
D.
Teknik pengambilan sampel
1. Pengertian teknik pengambilan sampel
Teknik Pengambilan Sampel – Sampel merupakan bagian populasi penelitian yang digunakan untuk memperkirakan hasil dari suatu penelitian. Sedangkan teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan sampel. Pengertian sampling atau metode pengambilan sampel menurut penafsiran beberapa ahli . Beberapa diantarnya adalah sebagai berikut;
Teknik Pengambilan Sampel – Sampel merupakan bagian populasi penelitian yang digunakan untuk memperkirakan hasil dari suatu penelitian. Sedangkan teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan sampel. Pengertian sampling atau metode pengambilan sampel menurut penafsiran beberapa ahli . Beberapa diantarnya adalah sebagai berikut;
· Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representative (Sugiyono, 2010:62)
· Teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif. (Margono, 2004)
2.
Manfaat sampling
a) Menghemat beaya penelitian.
b) Menghemat waktu untuk penelitian
c) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
d) Memperluas ruang lingkup penlitian.
a) Menghemat beaya penelitian.
b) Menghemat waktu untuk penelitian
c) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
d) Memperluas ruang lingkup penlitian.
3. Tujuan
Pengambilan Sampel;
a) Populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas
sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengambilan data pada seluruh populasi.
b) Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
c) Adanya asumsi bahwa seluruh populasi seragam sehingga
bisa diwakili oleh sampel.
4. Tahapan
Pengambilan Sample diantaranya;
a)
Mendefinisikan populasi yang akan diamati
b)
Menentukan kerangka sampel dan kumpulan semua
peristiwa yang mungkin
c)
Menentukan teknik atau metode sampling yang
tepat
d)
Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
e)
Melakukan pemeriksaan ulang pada proses sampling
5. Teknik Pengambilan sampel
Cara Pengambilan Sampel bermacam-macam tergantung jenis
penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, metode pengambilan sampel
terdiri dari 2 kelas besar yaitu :
a) Probability Sampling (Random Sample)
b)
Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).
Kedua jenis tersebut terdiri dari
pengambilan secara acak dan pengambilan sampel tidak acak. Kedua jenis ini juga
memiliki sub – sub lain yang diantaranya adalah purposive sampling,
snowball samping, cluster sampling dll. Pada dasarnya
ada dua macam teknik, yaitu probability
sampling dan non-probability
sampling. Kedua metode tersebut memiliki sejumlah teknik yang
berbeda.
1) Probability sampling
Teknik ini disebut juga sebagai random sample. Biasanya ia digunakan untuk
memastikan agar setiap elemen populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk
menjadi bagian. Probability
sampling pada umumnya memiliki hasil yang lebih objektif. Terdapat
lima macam teknik yang bisa kamu gunakan, berikut penjelasannya.
a) Simple random
sampling
Simple random
sampling atau pengambilan sampel acak sederhana adalah teknik
penarikan sampel yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian. Jika kamu ingin
menggunakan teknik ini, pastikan kamu telah memiliki daftar nama populasi
terlebih dahulu.
Contohnya, kamu ingin mengambil 20 sampel dari 50 orang.
Setelah membuat undian, ambil untuk sampel pertama. Kemudian nama tersebut
kembalikan lagi, dan ambil undian sampel kedua. Ini untuk menjaga agar
probabilitas tetap sama.
Contoh lainnya, misal seorang
peneliti memiliki daftar 100 orang populasi dan ingin memilih 10 orang untuk
menjadi sampel. Pertama, semua orang dalam populasi ditandai dengan nomor
1-100. Nomor tersebut lalu diacak. Pengacakan bisa meniru model arisan atau
sekarang bisa menggunakan aplikasi acak nomor. 10 individu yang nomornya keluar
menjadi sampel penelitiannya. Teknik ini biasanya digunakan pada populasi yang
homogen. Misal seseorang ingin meneliti tentang proses belajar di kelas dalam
satu kelas. Total muridnya berjumlah 100 orang. Peneliti tersebut bisa
mewawancarai secara mendalam 10 orang sebagai sampel.
b)
Systematic random sampling
Dengan metode ini, pengambilan sampel tidak seacak sebelumnya. Teknik
dilakukan dengan menggunakan interval dalam memilih sampel penelitian. Langkah
pertama adalah mengurutkan populasi terlebih dahulu. Kemudian cari interval
dengan membagi jumlah populasi dengan sampel yang dibutuhkan
Sebagai contoh, seorang peneliti ingin
meneliti pola konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi di suatu universitas. Jumlah
total populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin melakukan survei pada 100
mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan, pertama-tama peneliti
merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar nomor urut ke 10 dan
kelipatannya (20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti mengacak daftar 1000
nomor yang semula berurutan. Setelah diacak, dilihat kembali, mereka yang
namanya berada di urutan nomor 10 dan kelipatannya diambil sebagai sampel.
Contohlainnya, populasi yang diincar berjumlah 50 orang. Kita ingin
mengambil sampel 10 saja. Untuk menentukan intervalnya, 50 orang populasi
dibagi 10 orang untuk sampel. Hasilnya adalah 5. Berarti sampel yang kita ambil
adalah urutan ke-5, 10, 15, dan seterusnya.\
c)
Stratified random sampling
Stratified random sampling atau sampel acak berstrata didasarkan pada
tingkatan tertentu. Awalnya, peneliti harus mengetahui kesamaan dan perbedaan
karakter yang dimiliki oleh populasi. Misalnya,
penelitian tentang pentingnya agama dikalangan mahasiswa Universitas Hayam
Wuruk. Peneliti membuat strata, mana mahasiswa baru, mana mahasiwa tahun kedua,
mana tahun ketiga, dan mana mahasiswa tahun akhir. Masing-masing strata atau
tingkatan diambil sampelnya secara proporsional menggunakan random sampling.
Misalnya, jumlah sampel mahasiswa baru 100 orang, jumlah sampel mahasiswa
tingkat lainnya sama atau mendekati 100 orang. Apabila hanya 1 mahasiswa
tingkat akhir yang dijadikan sampel, misalnya, maka sampling tidak proporsional.
Contoh lainnya, peneliti ingin melihat tingkat kesejahteraan di kantor A. Ia
dapat membagi kelompok menjadi karyawan, manajer tingkat menengah, dan tingkat
atas.
d) Cluster random
sampling
Pengambilan sampel kluster dilakukan dengan cara membagi populasi ke dalam
beberapa kelompok. Pembagian dapat didasarkan pada lokasi, usia, jenis kelamin,
dan kategori lain yang setara. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
· Single stage cluster: peneliti secara
acak menentukan kelompok mana yang menjadi
sampel, sehingga ada beberapa kelompok yang tidak mendapatkan kesempatan
· Two stage cluster: peneliti harus
memilih kelompok secara acak terlebih dahulu, kemudian menarik sampel random darinya
· Systematic clustering: mirip dengan systematic random
sampling, semua elemen diurutkan kemudian diambil berdasarkan interval.
Sebagai contoh survei tentang tingkat kepercayaan
warga NU dan Muhammadiyah tentang pernyataan bahwa ”Borobudur
peninggalan Raja Sulaiman”. Daftar keseluruhan populasi warga NU dan
Muhammadiyah tidak tersedia. Tidak mungkin pula membuatnya. Maka, peneliti
memilih organisasi NU dan Muhamadiyah cabang mana yang akan dijadikan sampel.
Setiap organisasi diperoleh daftar anggota-anggotanya. Cluster sampling artinya
memilih klaster yang tersedia karena tidak ada data yang menunjukkan semua
populasinya.
e) Multi
stage sampling
Metode ini
adalah gabungan antara stratified, cluster, dan simple random sampling.
Biasanya multi
stage sampling dilakukan kepada populasi yang jumlahnya sangat besar.
Contoh penggunaannya adalah pada sensus penduduk. Berikut ini
langkah-langkahnya:
·
Bagi populasi menjadi beberapa kelompok;
·
Bagi lagi kelompok menjadi sub-kelompok
(strata) berdasarkan kesamaan yang dimiliki;
·
Proses pembagian dapat dilakukan hingga
lebih dari tiga kali;
·
Setelahnya peneliti dapat menarik sampel
dari setiap kelompok.
2) Non-probability sampling
Berbeda dengan metode sebelumnya, non-probability sampling lebih bergantung
pada kemampuan dan batasan peneliti dalam menarik sampel. Misalnya, ketika
peneliti tidak memiliki daftar nama dari populasi, atau mungkin data yang
mereka pegang tidak akurat. Walaupun lebih fleksibel dan nyaman, terkadang
hasil dari metode ini mengandung bias penelitian. Ada beberapa teknik non-probability
sampling, berikut penjelasannya.
a)
Purposive
sampling
Purposive
sampling adalah teknik non-probabilitas yang sering digunakan karena
kemudahannya. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan kriteria
sampel yang sesuai dengan penelitian
Contohnya,
kita ingin meneliti penyakit kanker serviks. Kriteria terdiri dari pasien
kanker serviks, rentang usia misal 18-30 tahun, serta sudah memiliki suami.
Pastikan semua sampel memenuhi kriteria tersebut agar penelitian lebih
valid.
Contoh lainnya, penelitian tentang perilaku korup
polisi lalu lintas. Peneliti menentukan sampling dengan cara mengamati siapa
saja orang-orang yang pernah merasa dirugikan oleh oknum polisi lalu lintas,
seperti ditilang tanpa alasan yang jelas, dipersulit dalam pembuatan SIM, dan
sebagainya. Teknik sampling ini disebut purposif karena pemilihan sampel
dilakukan dengan bertujuan.
b) Accidental sampling
Teknik penarikan sampel ini biasanya dilakukan tanpa sengaja. Cara ini
cocok untuk penelitian yang sifatnya umum.
Misalnya mengukur kepuasan warga Jakarta kepada fasilitas transportasi.
Jadi peneliti bisa berjaga di sekitar stasiun dan halte kemudian menanyai
orang-orang yang menggunakan fasilitas tersebut.
Accidental
sampling juga cocok untuk mendapatkan sampel yang langka. Misalnya,
peneliti ingin mengetahui penyakit lupus yang jarang diderita orang.
c) Quota sampling
Quota sampling bergantung
pada kuota yang sudah ditentukan sebelumnya. Peneliti cukup menentukan sampel
yang menurutnya representatif. Selain itu, proporsi dari jenis data tertentu
perlu juga untuk dipertimbangkan.
Misalnya populasi berjumlah 100 orang yang terdiri dari 40 persen wanita
dan 60 persen laki-laki. Peneliti menentukan kuota sebanyak 10 orang. Proporsi
jenis kelamin harus setara, jadi sampel terdiri dari 4 wanita dan 6 laki-laki.
Contoh lainnya, penelitian
tentang persepsi masyarakat Indonesia tentang kesetaraan gender. Sampel yang
dicari berada dalam lingkup nasional, yaitu Indonesia. Quota sampling membuat
kategori berdasarkan karakteristik, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan,
umur dan sebagainya. Peneliti menentukan kuota berdasarkan pengetahuan
karakteristik akan berapa jumlah laki-laki, berapa jumlah perempuan. Sampel
dari kategori laki-laki dan perempuan diambil secara proporsional. Begitu pula
kategori pendidikan dan umur.
d)
Snowball sampling
Snowball sampling dikenal
pula dengan sebutan bola salju. Cara melakukannya adalah dengan menemukan
sampel pertama, kemudian meminta rekomendasi sampel berikutnya kepada orang
tersebut. Begitu pula dengan selanjutnya hingga kebutuhan survei
terpenuhi.
Biasanya snowball sampling digunakan untuk
penelitian mengenai hal sensitif dan menyangkut privasi sehingga sulit untuk
menemukan sampel yang mau terlibat. Sebagi
contoh, penelitian tentang imigran gelap di Malaysia atau pengemis di ibukota.
Peneliti biasanya kesulitan menemukan orang-orangnya, namun imigran atau
pengemis mengenal imigran atau pengemis lain yang berada dalam jaringannya.
Informan atau responden juga memiliki pengetahuan tentang siapa saja
orang-orang yang potensial untuk menjadi sampel penelitian. Teknik ini
dinamakan snowball karena jumlahnya sedikit diawal dan semakin besar diakhir,
seperti bola salju yang menggelinding.Contoh lainnya, penelitian
tentang penderita HIV, kaum waria, transgender, dan lainnya.
e) Sampling
Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
f) Sampling
Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga
dengan istilah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6.
Syarat-syarat teknik sampling
Teknik
sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau
memiliki karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila
keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat
tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.
7. Pemilihan Jenis Teknik Sampel
Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas didasarkan adanya randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari kumpulannya. Dalam hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel sejalan dengan anggapan bahwa pada dasarnya probabilitas distribusi kejadian ada pada seluruh bagian. Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan 2 hal penting yaitu, reliabilitas dan efisiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampling semakin rendah. Jika dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria bahwa semakin rendah varian, maka reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi pula.
Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas didasarkan adanya randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari kumpulannya. Dalam hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel sejalan dengan anggapan bahwa pada dasarnya probabilitas distribusi kejadian ada pada seluruh bagian. Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan 2 hal penting yaitu, reliabilitas dan efisiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampling semakin rendah. Jika dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria bahwa semakin rendah varian, maka reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi pula.
8. Penentuan Jumlah Sampel
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).
9. Penentuan Jumlah Sampel Berdasarkan
Karakteristik Populasi
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 – 100.000.
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 – 100.000.
Soal :
1. Jelaskan pengertian populasi !
2. Jelaskan pengertian sampel !
3. Sebutkan macam-macam teknik sampling !
4. Bagaimana cara memilih jenis sampel ?
5. Bagaimana cara menentukan jumlah sampel berdasarkan
populasi ?
Jawaban :
1. Populasi atau universe adalah jumlah
keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya
hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat
berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 :
420).
2. Sampel atau contoh adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel
yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang
bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
3. Macam-macam teknik sampling :
a. Probability
sampling
1 ) Simple random sampling
2) Systematic random sampling
3) Stratified random sampling
4) Cluster random sampling
5) Multi stage
sampling
b. Non-probability
sampling
1) Purposive
sampling
2) Accidental
sampling
3) Quota
sampling
4) Snowball sampling
4. Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas
didasarkan adanya randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara
acak dari kumpulannya. Dalam hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel sejalan dengan
anggapan bahwa pada dasarnya probabilitas distribusi kejadian ada pada seluruh
bagian.
5. Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan 2 hal penting yaitu,
reliabilitas dan efisiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki
reliabilitas tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan
sampling, reliabilitas sampling semakin rendah. Jika dikaitkan dengan varian
nilai statistiknya berlaku kriteria bahwa semakin rendah varian, maka
reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi pula. Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel
dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak
dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan
darah.Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan
pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti
berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap
terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55).
Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan
Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10
– 100.000.
Boh boleh lahhhhhhhhhh
BalasHapus